PUSTAKA JUMPER

MEMINJAMKAN BUKU UNTUK ANDA. ANTAR JEMPUT KE ALAMAT. KHUSUS KOTA PADANG.
CP : punya.ale@gmail.com

Selasa, 11 September 2012

Robohnya Surau kami

Judul: Robohnya Surau Kami
Penulis: A.A. Navis
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 139
Ada sepuluh cerita pendek di dalam buku ini. Salah satunya yang cukup fenomenal yaitu “Robohnya Surau Kami”. Bercerita tentang seorang kakek yang bersedih setelah mendengar cerita dari Ajo Sidi. Cerita itu adalah tentang percakapan Tuhan dengan seorang manusia yang bernama Haji Saleh, di akhirat ketika Tuhan memeriksa orang-orang yang sudah berpulang. Haji Saleh meyakini bahwa dirinya akan dimasukkan ke surga. Namun ternyata Tuhan mengirimnya ke neraka. Haji Saleh kaget dan begitu tercengangnya ketika ia mendapati teman-temannya sedang merintih kesakitan di dalam sana. Ia tak mengerti karena semua orang yang dilihatnya adalah mereka yang tak kurang ibadatnya dari dia sendiri. Akhirnya mereka semua memutuskan untuk memprotes keputusan Tuhan. Dan inilah jawaban Tuhan: “…kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembahku saja.” Semua menjadi pucat pasi, dan bertanyalah haji Saleh pada malaikat yang menggiring mereka. “Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami, menyembah Tuhan di dunia?’ “Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan anak istrimu sendiri,

Senin, 10 September 2012

Nayla


penulis Djenar Maesa Ayu

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun 2005, cetakan I

Tebal 180 hal



Pernah dengar istilah "sastra wangi"? Itu lho, sebutan yang beberapa waktu lalu sempat dialamatkan kepada para perempuan (cantik) penulis yang belakangan berbondong-bondong meramaikan dunia penulisan cerpen/novel kita. Mereka di antaranya adalah : Ayu Utami, Dewi Lestari (Dee), Fira Basuki, dan Djenar Maesa Ayu.
 
Nama yang terakhir ini cukup merebut perhatian sejak buku kumpulan cerpennya yang pertama -- Mereka Bilang Saya Monyet (2003) -- diluncurkan, disusul kemudian dengan buku keduanya, masih kumpulan cerpen juga, Jangan Main-main dengan Kelaminmu (2005). Cerpen-cerpen yang ada di kedua buku tersebut banyak yang mengangkat tema seksual dan perempuan. Judul-judul cerpen itu amat provokatif. Apakah ini salah satu kiat agar laku terjual? Bisa jadi, sebab ternyata kedua buku tersebut meraih sukses dalam penjualannya, terbukti telah mengalami beberapa kali cetak ulang.

Setelah sukses dengan cerpen-cerpennya, ibu dua orang anak ini, menerbitkan novel pertamanya : Nayla. (Seperti Seno yang kerap menamai tokoh ceritanya Sukab, Djenar pun suka menamai tokoh perempuan dalam cerita-ceritanya, Nayla) Tak berbeda jauh dari beberapa cerpennya, dalam Nayla, Djenar kembali mengangkat tema seksualitas perempuan (bukan aktivitas seksual tetapi masalah seksualitas, demikian ia pernah menjelaskan dalam sebuah wawancara) Tampaknya ia terlanjur akrab dengan tema seperti ini. Dia menggugat ketertindasan perempuan dalam urusan seksual. Selama ini, menurutnya, perempuan cenderung hanya menjadi obyek seks (pihak yang dinikmati) saja, pada hal mereka juga berhak menikmatinya. Salah satu faktor penyebabnya adalah kesalahan mitos. Yang paling merugikan dan paling tidak adil adalah mitos tentang keperawanan. Laki-laki menciptakan mitos perempuan ideal. Perempuan ideal adalah perawan....Itulah bukti kesucian yang harus dijaga sampai tiba saatnya malam pertama (hal.78)

Cara Djenar menyampaikan protesnya sering menggunakan kalimat-kalimat yang terkesan vulgar, meski barangkali ia hanya sekedar ingin jujur mengatakan apa adanya. Bagi mereka yang merasa risih dengan tulisan-tulisannya, saya bisa mengerti, sebab wajar saja ada yang terkaget-kaget tatkala mendapati sesuatu yang biasanya hanya ada di ruang-ruang privat, kini tiba-tiba kita melihatnya di tengah-tengah publik. Namun, tak perlu cemas berlebihan, karena setiap zaman memang ada wakilnya sendiri-sendiri dan Djenar tengah mewakili era itu : era budaya pop.

Nayla adalah seorang perempuan yang hidup dengan trauma seksual. Masa kanak-kanaknya dilalui dengan berbagai peristiwa tidak menyenangkan : perceraian orang tuanya, ibu yang otoriter dan kasar, diperkosa oleh pacar ibunya serta pernah dimasukkan paksa ke panti perawatan korban narkotika oleh ibu tirinya, meski ia bukan seorang pecandu. Nyaris tak pernah ia merasakan manisnya dunia kanak-kanak. Ia hanya sempat mengecap bahagia sejenak ketika tinggal bersama ayah kandungnya.

Berbagai penderitaan itu membentuk Nayla menjadi sesosok pribadi yang rapuh sekaligus mandiri. Ia sempat menggelandang sebelum akhirnya terdampar di sebuah diskotek. Di sana ia bekerja sebagai juru lampu. Di sana juga ia bertemu Juli, perempuan yang kemudian menjadi pasangan lesbiannya. Oleh sebab Juli terlalu posesif, mereka akhirnya putus hubungan. Selanjutnya, Nayla pacaran dengan Ben, kali ini lelaki.

Melalui novelnya ini, Djenar mengusung masalah kehidupan masyarakat kota metropolitan, dunia yang akrab dan sangat dikenalnya. Anak-anak malang produk keluarga broken home seperti Nayla, banyak kita jumpai dalam masyarakat kita sehari-hari. Jika mereka lulus dari ujian itu, mereka akan menjadi sosok-sosok tegar, kuat dan mandiri menentang kerasnya kehidupan. Tetapi jika mereka kalah, tak mustahil kehancuranlah yang akan mereka alami. Djenar tampak menguasai betul permasalahan yang dihadapi tokoh-tokoh metropolisnya, bahkan sepintas saya sempat berpikir bahwa Nayla merupakan penggambaran sebagian diri Djenar. Penggunaan berbagai atribut kehidupan masyarakat kota modern dalam novelnya ini - email, internet, sms, diskotek, minuman keras - menandai kelas sosial tokoh-tokoh yang diceritakannya.

Sebenarnya cerita ini bisa lebih berbobot jika Djenar mau menggugat lebih jauh lagi permasalahan perempuan di negeri kita, bukan melulu seputar seks. Masih banyak ketidakadilan yang diterima perempuan dari keluarga/rumah tangga, masyarakat, maupun negara di luar masalah seks. Seks memang penting tapi bukan segalanya.

Konon, sastra yang baik tak akan lekang oleh waktu dan memberi pencerahan , meski hanya berupa setitik cahaya. Apakah Nayla memberikan pencerahan itu? Penilaian atasnya, saya serahkan sepenuhnya kepada pembaca.

Dwilogi Padang Bulan



Judul: Dwilogi Padang Bulan & Cinta di Dalam Gelas
Penulis: Andrea Hirata
Penerbit: Bentang Pustaka
Tanggal terbit: Juni – 2010
Di novel pertama, Padang Bulan, Andrea lebih banyak bercerita tentang Enong, si guru kesedihan serta bagaimana cinta membuat Ikal -tokoh cerita kita ini- bisa melakukan hal-hal yang tidak masuk akal.
Enong adalah gadis kecil dengan semangat belajar yang tinggi. Namun sayang, sebuah peristiwa di suatu siang membuat Enong menanggalkan mimpinya untuk terus sekolah. Ayah yang dicintai dan merupakan tulang punggung keluarga meninggal tertimbun tanah ketika sedang menambang timah. Sejak saat itu Enong beralih tugas menggantikan peran sang Ayah. Ia harus membantu Ibu dan adik-adiknya untuk menyambung hidup. Enong keluar dari sekolah dan mulai mencari pekerjaan. Namun, tentu saja tidak mudah bagi anak seusia Enong untuk mendapatkan pekerjaan. Setelah beberapa kali tak berhasil mendapatkan pekerjaan, Enong mencoba menjadi penambang timah. Kelak, ia menjadi perempuan penambang timah pertama di desanya.
Ketika Enong merasa lelah bekerja, ia akan membuka Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar Kata yang dibelikan ayahnya dahulu. Kamus itu selalu menemani Enong. Ia sering menandai kata yang sangat asing baginya, seperti: sacrifice, honesty, dan freedom. Enong sangat terpukau dengan kata-kata itu, terdengar hebat.
Andrea, si penulis, melukiskan ketiga kata itu dengan kalimat yang menarik.
“Arti yang mewakili jeritan hatinya. Ia siap berkorban untuk keluarganya, ia ingin menjadi orang yang jujur, dan ia ingin memerdekakan dirinya dari kesedihan.”
Kisah Enong adalah bagian yang mengharu biru sekaligus memancarkan semangat dan kekuatan yang luar biasa.

The Host

Kategori:Buku
JenisFiksi Ilmiah & Fantasi
Penulis:Stephenie Meyer
Judul Buku: The Host (Sang Pengelana)
Penulis: Stephenie Meyer
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku: 770

Dua Kehidupan Dalam Satu Raga
Jika kita mendengar cerita ataupun melihat film yang bertemakan tentang makhluk asing atau lebih terkenal dengan nama Alien, sudah dipastikan kita akan membayangkan makhluk-makhluk dengan bentuk yang aneh atau menyeramkan akan mencoba menguasai planet bumi. Dan tak lupa dengan penyerangan-penyerangan yang mereka lakukan terhadap Bumi dengan maksud untuk menguasai Bumi sepenuhnya. Tak sedikit kisah Alien ini digambarkan secara kolosal dengan peperangan yang hebat ataupun secara diam-diam. Tapi tak sedikit pula yang menceritakan kisah persahabatan diantara manusia dan makhluk asing. Semua bayangan diatas tidak akan Anda temukan dalam sebuah novel berjudul The Host ini yang dikarang oleh seorang wanita yang terkenal karena novel sebelumnya yaitu The Twilight, Stephenie Meyer.

Cerita diawali dengan penyusupan makhluk asing ini ke dalam tubuh manusia. Digambarkan dengan rinci bentuk dan karakter sang makhluk asing ini yang akan menjadi pengendali manusia tersebut. Petualangan dimulai ketika sang makhluk asing memulai kehidupannya dibumi dengan badan barunya sebagai manusia. Dibagian ini sudah diceritakan bahwa bumi sudah mulai dikuasai mereka dan tentu saja banyak manusia yang lari dan sembunyi dari kejaran makhluk ini, yang sudah dalam berbentuk manusia.
Disinilah penggambaran pengarang cukup jelas tentang bagaimana kengerian manusia dalam membedakan mereka yang masih manusia dan mereka yang sudah dikuasai makluk asing. Penguasaan yang dilakukan atas tubuh manusia terjadi secara diam-diam dan tanpa disadari oleh manusia itu sendiri. Karena ketika sebuah badan sudah dikuasai tidak terjadi perubahan yang signifikan akan diri manusia itu sendiri. Tingkah laku manusia itu sendiri tidak berubah. Melakukan kegiatan manusia pada umumnya. Sampai ketika hampir seluruh manusia dikuasai, manusia yang masih murni bersembunyi untuk melindungi diri.

Cerita yang paling kuat dalam buku ini adalah tentang pergulatan kuat dalam diri seorang Melanie, tokoh sentral dalam novel ini, tubuh manusia yang sudah dikuasai makhluk asing bernama Wanderer. Sosok pribadi Melanie yang kuat dan tidak mudah menyerah menjadikan Wanderer kesulitan untuk menguasai tubuhnya. Seolah ada dua pribadi yang berdiam diri dalam tubuh manusia. Karena memang makhluk asing yang menguasai tubuh manusia akan memiliki sikap dan karakteristik dari pemilik manusia itu sendiri pun
seluruh memori yang ada didalam pikiran manusia, Wanderer pun memilikinya. Hanya saja sang pemilik tubuh tidak mengijinkan makhluk luar menguasainya. Karena cinta dan perasaan Melanie begitu kuat didalam tubuhnya sehingga Wanderer pun mau tidak mau mempunyai perasaan yang sama terhadap beberapa orang yang ada didalam memori manusia yang dia diami. Sampai akhirnya mereka memutuskan mencari adik dan kekasihnya yang diyakini Melani masih hidup sebagai manusia.

Minggu, 09 September 2012

KEPAKAN SAYAP

Judul Buku                : Bidadari-Bidadari Surga
            Pengarang                 : Tere-Liye
            Penerbit                    : Republika
            Tahun terbit               : Cetakan IV Agustus 2009
Ukuran buku             : 20.5 x 13.5 cm
Jumlah halaman         : 368
Harga                        : Rp 47.500,00
           
Tere-Liye adalah sebuah nama yang diambil dari bahasa India yang berarti “untuk-mu” nama aslinya adalah Darwis. Tere-Liye lahir di Bandung 21 Mei 1979. Lelaki yang juga dosen ini telah menulis novel yang tak jarang menjadi best seller di Indonesia seperti Hafalan Shalat Delisa, Moga Bunda Disayang Allah dan Bidadari-Bidadari Surga ini adalah salah satu dari 10 karyanya.  
Cerita ini dimulai dari kehidupan lima bersaudara yaitu Laisa, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana dan Yashinta di Lembah Lahambay bersama Mamak Lainuri. Setelah ayah mereka meninggal, Laisa yang bukan anak kandung Mamak mengabdikan hidupnya untuk adik-adiknya dan lembah Lahambay. Dalimunte yang menjadi seorang Professor, Ikanuri dan Wibisana yang memiliki perusahaan spare part terkenal, dan Yashinta yang menjadi ilmuan tak luput dari figure seorang Laisa . Sungguh janji-janji kehidupan yang lebih baik itu kini tak hanya sebatas mimpi. Laisa sendiri telah mengubah lembah itu menjadi perkebunan strawberry dan membuat kehidupan di lembah Lahambay menjadi lebih baik.
Kisah-kisah perjuangan hidup Laisa diungkapkan secara memukau dalam 44 bab. Di dalamnya menggambarkan peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di lembah itu karena tekad dan perjuangan Laisa. Seperti pada bab Lima Kincir Air pada bab ini mengisahkan tentang keberanian Laisa mendukung ide Dalimunte yang waktu itu masih SD untuk mendirikan kincir air di atas bukit cadas setinggi 5 meter. Ide yang ditolak oleh seluruh penghuni lembah, ia meyakinkan mereka tak peduli oleh rasa gugup dan gentarnya. Ia telah bertekad Laisa tak akan membirkan adik-adiknya kecewa dan malu, jika ada yang harus meresa kecewa dan malu itu adalah ia, bukan adik-adiknya. Adik-adiknya berhak atas masa depan yang lebih baik daripada dirinya (hal. 92)